Streaming Ringan | Nonton Bola Online

Selamat Pagi Sobat Dumay. Ini Ada salah satu website penyediaTv Sport Online, streaming, yang cukup ringan. bisa nonton dengan sambungan modem.
coba sobat kunjungi Stream2u.me
ane udah coba dengan modem kartu xl dengan paket sper ngebut 3G


Cara Mengatasi Update Windows Defender 8 Error

Windows 8 memang sangat ampuh dengan antivirus bawaannya, Windows Defeneder 8. kayaknya tidak dibutuhkan lagi antivirus kuat lain untuk menjaga windows lebih aman.asal  tiap minggu harus update.

Namun dalam mengupdate Windows Defender 8 sering sekali gagal, alias error.

Lalu Bagaimana Solusinya?

Solusinya adalah Update Offline Windows Def 8. Solusi yang saya tawarkan bukan solusi Update Offline Tiap Minggu, Tapi Update Offline Hanya Untuk Mengatasi Error Updatenya Saja.

Setelahnya kita lakukan update Online Kembali tiap minggunya, Dijamin Tidak akan Error Lagi

Silahkan Sobat Download Windows Defender in Windows 8/Windows 8.1
 
nama file nya adalah " mpam-fe.exe " 
cara update:  klik kanan "Run as Administration"  tunggu saja sampai selesai, kemudian restart PC/Laptop sobat
kalo seandainya tidak bisa : klik kanan, ekxtrak file .exe nya, dan akan diperoleh 6 file dalam folder ekstrakan nya salah satunya adalah "MPSigStub.exe". Klik kanan file tersebut "Run as Administration"  tunggu saja sampai selesai, kemudian restart PC/Laptop.
 
Semoga Berhasil Sobat....

CorelDraw | Logo Chelsea.CDR


baru belajar buat logo dengan corel draw,
downloag Logo chelsea Fc dalam Format .CDR (coreldraw) ChelseaFC-Corel-mediafire.com.CDR
atau chelseaFC-Corel-upfile.mobi.cdr

Cara Download Video Youtube Yang diproteksi Pemiliknya

Teringat Video Lama Yang telah ke Hapus, ane bergegas buka youtube untuk download ulang. Biar lebih afdolnya hasil yang kita download, biasanya kita nyari video yang officialnya atau dari Label resmi  Musiknya. Tapi sayang beribu sayang ternyata yang resmi ini tidak bisa di download.
coba utak atik IDM, apa bermasalah atau bagemana, dan ternyata tidak sama sekali. download video yang bukan dari chanel Resmi / label Musik, masih bisa.

awalnya ane coba download videonya 2NE1-Lonely M/V dari chanel Resmi 2NE1, muncullah seperti ini:


ada tulisan Download on iTunes, ane coba klik muncul seperti ini:

Ternyata berbayar. hahaha

download video official dari chanel NAGASWARA, tidak ada tampilan seperti di atas, kita hamya bisa planga-plongo nonton streamingnya tidak bisa di download.

terus bagemana solusinya? ngomong mulu... hehehe

Trik-trik di postingan ane sebelum nya

Beberapa Cara Download Video Youtube

ternyata masih ada yang bisa kepake yakni download lewat sini


Cartoon | Park Bom 2NE1

Park Bom adalah salah satu dari 4 personil Girlband 2NE1. Girl Band Ternama di Korea.

Cartoon | Gadis Berhijab


Gadis Berhijab hasil editan menggunakan Photosop
photo asli si gadis tidak saya tampilkan, mungkin si gadis masi malu-malu.

Esai | Tantangan Pendidikan Masa Kini

Berbicara masalah pendidikan, ia tidak pernah lekang oleh waktu. tidak terbatas dan terus berkembang. Selama tetap ada usaha untuk meraihnya. Hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu. Sedangkan, pendidikan dalam prakteknya identik dengan persekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Pendidikan identik dengan belajar. Belajar itu dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja hakikatnya tidak keliru. Namun, ternyata dalam pandangan masyarakat pada umumnya pendidikan itu adalah yang berhubungan dengan dunia formal dalam sekolah dan perguruan tinggi. Perbincangan ini terasa sempit jika hanya berbicara masalah pendidikan formal.
Padahal pondasinya ada dalam keluarga. Pendidikan keluarga akan ditemukan sebuah karakter yang sangat kuat pada diri seorang anak. Pendidikan dalam keluarga dapat memberikan pengaruh besar kepada karakter seorang anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan manusia tidak manja dan hidup energik terletak dalam pendidikan keluarga. Kalau kita membaca pernyataan berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara mereka memberikan nilai penting kepada pendidikan dalam keluarga. Antara lain Bung Karno selalu mengagumkan pengaruh seorang Ibu. Juga Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pentingnya pendidikan dalam keluarga. Karena dalam karakter yang ditimbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian orang. Karena akan banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang seperti memimpin masyarakat. Ilmu pengetahuan dan kemampun teknik adalah penting bagi pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai sebuah karakter.
 Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota keluarganya dan itu merupakan masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau mudah berubah sesudahnya.
Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan; Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat  bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa aja yang disodorkan kepadanya. Kualitas SDM yang akan terbentuk dari seorang anak didik, sangat tergantung seberapa besar pendidikan orang tua ketika di rumah. Apabila dalam keluarganya, keluarga memberikan pendidikan yang baik, maka hal tersebut akan terbawa ke dalam kepribadian anak tersebut sampai ke sekolah maupun dalam masyarakat. Sehingga peran keluarga sangat vital dalam membentuk generasi yang berkualitas. Komponen sekolah maupun institusi yang ada hanya sebagai penguat dalam mengarahkan pendidikan yang lebih struktural. Namun hal ini rasanya telah dilupakan banyak oleh kita.
Mamik Lalu Azhar, Sang Perintis Pendidikan Tinggi NTB. Nama dan gelar ini akrab terdengar di telinga para mahasiswa terutama mahasiswa Universitas Mataram, seharusnya. Karena beliau adalah penggagas perguruan tinggi terus dengan panjang dan jalannya tidak mulus. Tidak lama setelah lima tahun perguruan tinggi tersebut berdiri, 1967, Mamik diangkat sebagai kepala Badan Pemerintah Harian bidang Kesra. Meski disibukkan dengan urusan pemerintahan namun Mamik tetap tidak lupa mengurus perguruan tinggi miliknya. Ia pun bertandang ke beberapa perguruan tinggi lain seperti UGM, UI dan Universitas Padjajaran untuk menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang dirintisnya tersebut. Hingga akhirnya perguruan tinggi miliknya makin bertambah besar dan berkembang dan statusnya pun berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Mataram (Unram). Selain Unram, empat perguruan tinggi lain yang dibangun oleh Mamik adalah Ikip Mataram, Universitas 45, Universitas NTB dan Stikes Yarsi Mataram.
Usaha dan kegigihan yang telah ditanamkan ini mari sama-sama kita tingkatkan. Yang sudah ada ini sampai saat ini senatiasa terus dipertahankan kualitasnya. Usaha tersebut tidak pernah mati, baik dari  pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Apakah usaha ini gagal atau orang-orang yang diperjuangkan tidak mengindahkan usaha tersebut? Hal ini terlalu kabur dan saling menyalahkan satu sama lain, yang pada intinya tidak lepas dari sistem yang diterpakan pada kita saat ini yang tidak membangkitkan kobaran semangat pada diri setiap pelakunya. Mari kita sama-sama lihat fakta remaja sekarang dan lihat di lingkungan kita masing-masing bagaimana kondisi remajanya, apakah baik-baik saja atau sebaliknya? Tentu pembaca yang lebih memahami itu semua.
Rasanya harapan ini berujung pada kondisi yang membuat miris hati. Berbagai tindakan remaja yang menyimpang telah melampaui batas dan sudah menjurus pada tindakan kejahatan atau kriminalitas. Maraknya tawuran yang banyak menimbulkna banyak korban, maraknya pornografi dan pornoaksi, merebaknya seks bebas, pelacuran di bawah umur dan aborsi sebagai dampak ikutannya serta kasus narkoba yang meningkat pesat dikalangan remaja. Inikah wajah para generasi pemegang tongkat estafet perubahan? Jika kita perhatikan kondisi remaja saat ini tidak lepas dari pengaruh pendidikan baik pendidikan formal, informal, dan non formal yang bisa membentuk mereka menjadi problem solver dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Ibaratnya sebuah bangunan yang tanpa dasar yang kuat akan mudah runtuh begitu pula hanya dalam membangun output pendidikan yang berkualaitas.
Kondisi ini merupakan buah yang harus dipetik dari sistem pendidikan di negeri ini. Sistem pendidikan sekuler kapitalis telah mengabaikan aspek keperibadian dan karakter siswa. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki keperibadian yang kuat, namun justru menhasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah. Kondisi ini dapat tergambar dari kasus dari laporan kecurangan UN 2012 yang diterma oelh posko pengaduan UN. Dari 1.500 laporan, 775 merupakan laporan kebocoran ataupun kecurangan saat ujian. Siswa yang sadar bahwa mencotek merupakan pelanggaran dan mendapat sanksi tegas dari Tuhanya maka sikapnya tetap tidak bisa digoyahkan, tidak takut maslah nilai di dunia yang diharpakan adalah ridha Allah. Sangat jarang kita temukan keperibadian seperti ini, kabanyakan dari kita mengentengkan masalah ini, padahal ini sangat menyakitkan tubuh negeri ini, apalagi di NTB yang di dalamnya Gubernur yang paham pendidikan sudah menyandang stempel da’i di pundaknya. Nama yang akan sangat hina jika tidak segera dituntaskan.
Faktor lain juga penyebab rendahnya mutu pendidikan Indonesia terutama NTB adalah kapitalisasi pendidikan. Bahkan ada selogan yang mengatakan “Orang Miskin dilarang Sekolah”. Selogan ini tidaklah main-main. Meskipun sudah diterapkan wajib belajar 9 tahun, ternyata masih banyak masyarakat yang mengabaikannya. Pikirnya, ujung-ujugnya sekolah hanya untuk mencari selembar Ijazah yang tujuannya untuk kemudahan mencari pekerjaan. Hanya sampai SMP apa jadinya? Jika ingin menjadi yang terpandang di mata dunia pendidikan maka harus sampai sarjana minimal. Sama saja, tetap mencekik rakyat yang tidak mampu, beasiswa yang digelontorkanpun tidak bisa disamaratakan, dipilih sesuai kualitas kemampuan, dan itu pun benar-benar terbatas. Masih menuai maslah baru. Teringat pidato Ustadz Budi Azhari, Lc. “Kita harus keluar dari zaman ini”. Maksudnya bukan kita tidak melihat zaman ini, akan tetapi hari ini kita dipimpin oleh generasi yang tidak baik. Dengan melihat masa lalu islam dan meihat yang ke depan, hari ini biarkan menjadi sesuatu yang kita alami dan menjadi PR besar kita semua.  Sangat riskan memang berbicara mengenai pendidikan terlalu banyak orang yang kita katakana berpendidikan menyalahgunakan peran pendidikan yang sebenarnya. Dunia pendidikan dijadikan ajang bisnis.
Selama ini keresahan-keresahan masalah di dunia pendidikan muaranya langsung ke Dinas Pendidikan sebagai solusinya, padahal permasalahan pendidikan adalah masalah umat atau masalah semua komponen masyarakat, bukan hanya masalah guru atau dosen.
   Penulis memang masih begitu awam tentang kondisi pendidikan kita khususnya yang ada di NTB, karena itulah penulis hanya mencoba mengungkap pendapat penulis secara kulit luarnya saja. Selebihnya penulis serahkab kepada pembaca. sedikit gambaran penyelesaian yang mungkin bisa diusahakan:
1.    Hilangkan sistem kapitalisasi pendidikan dan kapitalisasi di bidang lainnya. Karena kemunculan beragam masalah di dunia pendidikan pada khususnya adalah penerapan system kapitalisme yang segala sesutaunya diukur dari kapital.
2.     Pemerintah perlu bersungguh-sungguh dalam mewujudkan pendidikan gratis yang telah dicanangkan.
3.    Sekolah gratis bukan berarti harus sekedar saja, tapi mampu memberikan pendidikan yang benar-benar berkualitas dan ilmiah untuk rakyat Indonesia khususnya rakyat NTB.
4.   Sekolah dan lembaga pendidikan harus mampu mendidik agar siswa/mahasiswa tidak lagi memiliki pikiran bahwa pendidikan hanya untuk mendapatkan selembar kertas IJAZAH.
5.      Sudah jelas kualitas pengajar tidak boleh lepas dari persoalan ini.
6.    Pendidikan karakter yang sudah diterapkan oleh pemerintah bisa terlaksana dengan maksimal dan efektif.
 By: FathMa AinWara

Esai Prosa | Kebohongan Kursi Keangkuhan Yang Mengasyikkan Sang Pemimpin

                  Karya sastra akan selalu menarik perhatian karena mengungkapkan penghayatan manusia yang paling dalam, dalam perjalanan hidupnya di segala zaman: di segala tempat di dunia ini. Melalui sastra sebagai hasil kesenian kita memasuki pengalaman bangsa dan bangsa-bangsa, sejarah dan masyarakatnya untuk menyelami apa yang pernah dipikirkan dan dirasakan. Dengan demikian sastra akan menambah kearifan dan kebijaksanaan dalam kehidupan (Jassin, 1983:4). Banyak yang percaya bahwa karya sastra merupakan salah satu indikator untuk melihat “potret” sebuah bengsa. Sastra memang bisa menunjukkan bangsa. Pandangan ini tidaklah terlalu berlebihan sebab sebuah karya sastra sesungguhnya memang lahir dari kepekaan dan perenungan yang berpijak dari realitas kehidupan. Dalam hal ini kumpulan cerpen yang dihasilkan oleh “ Sori Siregar” yang berjudul “Sang Pemimpin”. Sori Siregar lahir di Medan, 12 November 1946. Mengarang sejak tahun 1960. Tahun 1966-1970 bekerja di seksi bahasa Inggris,, RRI Nusatenggara III Medan.
            Sebagai penulis, dua buah novelnya, masing-masing Wanita itu adalah Ibu (1978) dan Telepon (1979) terpilih sebagai pemenang dalam Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Beliau telah melahirkan 6 novel dan 9 kumpulan cerita pendek yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, Pustaka Jaya, Jakarta, Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta dan Penerbit Kompas, Jakarta. Salah satu kumpulan cerpennya “sang pemimpin” kita melihat runtut cerita yang realistis, mudah dicerna, tetapi mengandung makna yang cukup mendalam. Dalam kumpulan cerpen “Sang Pemimpin”, kita juga bisa menyaksikan bagaimana sang penulis menyajikan sebuah potret sosial yang terkadang begitu sederhana, namun di lain kesempatan ia juga menggambarkan dengan penuh perenungan yang dalam.
            Tema, menurut Sudjiman (1983:5), adalah sesuatu yang menjadi persoalan dalam sebuah karya sastra, yang dibungkus sedemikian rupa oleh pengarangnya. Tema adalah ide pokok yang dikembangkan dengan beragam konsep. Dalam hal ini “Sori Siregar” mengangkat tema tentang “sang pemimpin” dalam kepemipinan baik dalam pemerintahan, masyarakat, keluarga, bahkan diri sendiri. Sori Siregar memandang sikap pemimpin kita dewasa ini tidak sesuai dengan fitrah manusia. Mereka sebagai pelayan rakyat seharusnya melayani rakyat dengan baik dan adil bukannya malah berkuasa atas rakyat. Namun, ini jauh dari cita, mereka yang memegang pemerintahan malah menyengsarakan rakyat. Jaminan yang sering dijanjikan pun tidak pernah dipenuhi, jaminan itu hanya ilusi dan fatamorgana  dari manusia yang haus akan kekuasaan. Seperti tertuang dalam salah satu isi kumpulan cerpen pemimpin “sahabat” bagaimana dua sahabat saling mendebat tentang kebijakan para wakil rakyat:
Rakyat tidak terlalu banyak menuntut, tapi selalu dengan tuntutan yang wajar sambungku (Rafi). Tapi, anehnya wakil-wakil rakyat kurang mendengar tuntutan itu, dan menyuarakan lain dari yang dituntut itu. Soalnya karena rakyat kurang menyuarakan apa yang mereka inginkan dan semata-mata menggantungkan nasib mereka pada wakil-wakil mereka. Memang seharusnya begitu, karena itulah mereka memilih wakil mereka. Dan wakil-wakil itulah yang seharusnya menyelidiki apa kebutuhan-kebutuhan dari rakyat yang diwakilinya bukan sebaliknya.
Dan yang terjadi sekarang ini waki-wakil rakyat yang menzolimi. Sangat tragis memang,  betapa rakyat dibodohi oleh para penguasa, tapi rakyat tidak peka dengan kondisi mereka. Bagaimana tidak, keadaan seperti ini sudah mendarah daging dalam hidup ini. Mulai dari kepemimpinan terendah samapai para petinggi negara memiliki andil dalam mengurus kesejahteraan rakyat, tapi sebaliknya mereka malah berleha-leha dan tidak peduli dengan rintihan rakyat. Siapa yang bisa mendengar ini semua? Adakah yang ingin memberikan jalan keluar?  Bukankah solusi begitu luas terbentang? Siapa yang bisa menunjukkan jalan itu? Rintihan yang tidak pernah usang dan tak ada yang meraba padahal ini begitu tampak dan jelas. Ini suara rakyat yang merindukan sebuah perubahan kebangkitan, pernahkah wakil mereka tergerak hatinya untuk mengikuti nurani rakyat? Rakyat sakit semakin parah, namun penguasa terus asyik dalam kehidupan mereka.
            Masyarakat Indonesia saat ini berada di ujung tubir keparcayaan kepada para pemimpinnya. Karena benyak pemimpin di negeri ini tidak menunjukkan keteladanan dalam mengemban amanah yang dipikulnya. Apa yang dikatakan di depan publik berbeda dengan apa yang dilakukan. Sperti yang terungkap dalam cuplikan cerpen yang berjudul “Sang Pemimpin”, betapa wakil rakyat tidak bisa merakyat hanya bisa berkoar-koar tanpa ingin memenihi janji mereka.
Kerja bakti jumlahnya merosot, dibandingkann ketika sebelumnya Kosim menjadi ketua PWK. Lalu setiap ada kerja bakti, Kosim pagi-pagi sekali sudah meninggalkan rumah. Alasannya ada urusan kantor yang harus diselesaikan.padahal semua oarang tahu, kerja bakti selalu dilakukan pada hari minggu. Celakanya, kepada kami berlima yang dianggapnya pelindungnya dan bisa menyimpan rahasia, ia berterus terang, “kalau saya ikut kerja bakti bersama semua warga, wibawa saya sebagai pemimpin bisa jatuh. Kalian kan tahu, di antara warga kita itu ada tukang becak dan penjaga warung”. Ingat mengingat hasil  keja Karim kami lanjutkan. Jalan di kompleks kami tidak juga beraspal dan telepon tidak pernah masuk. Kegiatan olahraga masih tetap saja bulu tangkis, karena di tanah kosong di Nirwana  Molek yang kata Karim akan menjadi lapangan sepak bola warg akompleks kami, telah dibangun rumah-rumah mewah yang membuat mulut brdecak. Kursus bahas Inggris yangpimpin Karim tidak juga  dibuka. Dan seabreg janji-janji butanya.
            Dari sini kita bisa melihat bagaimna kinerja pemimpin kita dan para wakil-wakil rakyat yang hanya bisa berbicara tanpa ada tindakan yang berarti di mata rakyat. Ironis memang. Sekedar contoh, saat membuka KUII (Kongres Umat Islam Indonesia) V Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, “islam hadir sebagai jalan kehidupan dan keadilan bagi seluruh alam. Islam datang untuk keadilan. Nilai-nilai islam yang merupakan tuntunan Al-Quran dan as-Sunnah dalah mata air. Al-Quran dan as-Sunnah adalah pedoman hidup jalan lurus untuk keselamatan dunia akhirat.” Namun, kenyataannya al-Quran dan as-Sunnah tidak dijadikan landasan kehidupan. Semuanya adalah kebohongan yang nyata. Tidak salah jika kita mengatakan semua ini, buktinya memang ada dan semua kita mengalami dan merasakannya, tapi banyak yang tidak ingin menyongsong kebangkiatan.
            Lantas apanya yang salah dan siapa yang patut disalahkan? Rakyat di mana-mana mengeluh, tidak ada perubahan drastis sebagaiman diharapkan. Memang tidak mungkin adanya perubahan yang drastis, setelah pimpinan pemerintahan yang baru menerima warisan kebobrokan dari pimpinan yang lama. Kebobrkan itu sudah sedemikian parahnya, sehingga terlalu sulit untuk secepatnya diperbaiki. Dan rakyat tidak bisa disalahkan kalau sekiranya mereka mengalami prustasi. Kalau memang keadaannya seperti ini, bisa jadi sistem yang diterapkan saat ini lagi sakit atau bahkan rusak dan membusuk sehingga siapapun yang menjalankannya akan terus melakuakan hal yang sama seperti pemimpin terdahulu karena tuntutan sistem yang diembannya. Ilmu bisa membuat orang beradab, semakin banyak memiliki ilmu orang akan semakin menghargai peraturan, semakit mengenal etika, sopan santun, serta semakin berwatak. Banyak orang yang tahu namun tidak mau melakukannya. Menganggap peraturan hanya sebuah anjuran, sangat dangkal memang, tapi sangat berpengaruh. Para koruptor juga memiliki ilmu yang tinggi namun tidak bermoral. Apa yang salah dengan ini?
Seperti yang terjadi saat ini di bangsa kita bangsa Indonesia, begitu banyak para wakil rakyat yang merampas milik rakayat dengan ilmu tinggi mereka. Mula-mula alasan mereka untuk menghidupi keluarga, tetapi mereka lama-lama memburunya untuk menumpuk kekeyaan. Jika kita tengok ke belakang tentang kebobrokan yang ditimbulkan rezim-rezim terdahulu banyak yang melakuan kejahatan pada rakyatnya, rezim yang dianggap melakukan penyelewengan dengan segera ditumbangkan dan di gantikan dengan yang lain. Namun, tidak membawa apa-apa bagi para penggantinya. Karena dididik dengan sistem politik yang sama, juga dilakukan oleh pelaku-pelaku politik yang sama, model penyelenggaraan pemerintah tidak berubah. Korupsi politik yang berimbas kepada korupsi di tubuhh kekuasaan bukannya makin berkurang, melainkan terus membengkak dari segi pelaku, jumlah uang yang diambil, sampai  dampak kerusakan yang ditimbulkan.
 Sebenarnya uang itu lebih tepat disebut uang haram, bukan uang panas. Mereka merampas hak rakyat dengan kejam, dan mereka dihukum dengan kesenangan, tidak ada sanksi yang tegas bagi mereka, mereka menikmatinya dengan kesenangan dan tidak mengurangi ketakutan mereka sedikitpun. Hukum bisa dibeli, dan dibeli dengan uang haram pula, bagaimana bangsa bisa bangkit dengan perilaku amoral seperti ini, ini hanya setitik dari tindakan kriminal yang belum juga bisa diatasi dengan tuntas. Bangsa menangis, merintih, menjerit, ingin dibebaskan, bagaimana tidak dengan rakyat yang ada di dalamnya yang membutuhkan perlindungan. Siapa yang bisa melindungi mereka, kalau pelindung mereka berbalik muka? Hukum yang mereka buat tidak berlaku pada diri penguasa dan pembuat hukum. Objek hukum senantiasa orang-orang miskin, tak berdaya, tertindas, diabaikan, direnggut haknya.
Lagi-lagi para wakil rakyat bertindak kejam tanpa simpati akan penderitaan rakyat, milik rakyat diramapas kejam dengan terang-terangan tanpa ragu, dalam potongan cerpen “Perang” mengapa hanya sedikit manusia yang peduli akan nasib saudaranya.
“…rombongan penduduk yang mengdukan nasibnya ke DPR. Tanah mereka dibuldozer tanpa ganti rugi yang wajar”
Siapa yang mau mendengarkan peraduan tersebut, sementara dalam perampasan tersebut di dalamnya ada pengaruh DPR, melakukan perundingan sebelum menjalankan aksi busuk itu, mereka membuat kondisi ini terformat dengan sistematika yang rapi. Sampai rakyat sekaratpun mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap tidakan mereka, mereka tidak akan mau mengembalikan apa yang meraka rampas dari rakyat. Mereka begitu kejam, tak barnurani. Padahal ketika berkempanye, mereka mengalirkan berbagai macam janji yang menggetarkan jiwa, mereka mengatakan kami adalah penyalur aspirasi dan nurani rakyat. Apakah mereka lupa dengan ungkapan itu atau hanya pura-pura lupa? Nyatanya mereka benar-benar mengingkarinya.
            Kebohongan ini terus terulang dan berlanjut, kenapa tidak ada yang bosan dalam kubangan yang penuh siksaan seperti ini, kebanyakan mereka menikmatinya dan menganggap hal tersebut mengasyikkan sehingga tidak mau meninggalkannya. “Sori Siregar” memandang bangsa ini penuh dengan kotoran yang semakin hari semakin menumpuk, menggunung yang akhirnya gunung itu akam meletus dan meluluh- lantahkan semua yang ada di sekelilingnya. Jika semua ini tidak dihantikan segera akan mendatangkan dampak yang lebih besar lagi sampai akhirnya tidak akan pernah bisa keluar dari kubangan ini.
            Seperti juga dalam potongan cerpennya yang berjudulKeputusan”
…Aku diminta kembali ke kantor tanpa harus bekerja, kewajibanku hanya datang, duduk, meninjau dari satu kamar ke kamar lain. Sudah itu boleh pulang…
Dan gajiku lebih tinngi dari yang kuterima dulu.
Bekas atasanku ingin menjadikanku semata-mata sebagai lamabang. Ia merasa kehadiranku di sana dapat membangkitkan semangat kerja yang hancur lebur setelah aku berhenti bekerja.
            Lagi-lagi Sori Siregar menambahkan bagaimana seseorang dalam memimpin orang lain dan dirinya sendiri. Siapa yang tidak mengnggap ini adalah sesuatu yang tidak wajar dan gila, seseorang yang tanpa melakukan apa-apa akan diberiakan gaji yang besar, apakah seperti kebijakan dalam pemerintahan di Negara kita tercinta ini? Apakah rakyat akan terus mengeluarkan uang untuk waktu santai para penguasa, rakyat semakin susah, menderita dengan besarnya jumlah iuran yang diwajibkan, belum lagi pemungutan pajak pada orang-orang yang seharusnya tidak kena pajak. Namun ini disama-ratakan dengan orang-orang yang berpenghasilan dan memiliki pekerjaan yang tetap. Ini tidak adil, sementara mereka bersenang-senang dengan uang yang seharusnya menjadi hak rakyat.
            Sori Siregar adalah penulis yang sangat melek politik sehingga dalam karangannya senantiasa membicarakan bagaimana perpolitikan dalam negeri maupun luar negeri. Sakit terasa dalam hatinya melihat kondisi bangsa yang semakin jauh dari harapan sejahtera yang diusungkan. Dalm kumpulan cerpennya yang diberi judul “SANG PEMIMPIN” mengabarkankan kepada kita semua agar tahu dan sadar akan kondisi bangsa kita yang sangat kita cintai ini dipimpin oleh manusia yang rakus harta dan tahta. Saya mengaamati apa yang dikabarkan SORI SIREGAR kepada kita adalah cerminan dari bentuk dan kondisi yang kita alami di bawah naungan yang mengusungkan KEBEBASAN. Jadi, dalam hal ini tidak ada yang bisa dipersalahkan karena siapapun bebas berbuat seenak jidat mereka, sehingga wewenang mereka atas oreng-orang yang berada jauh di bawah tataran mereka tidak diperdiulikan sama sekali. Terkait dengan yang marak dalam tubuh pemimpin kita sekarang adalah terjadinay KORUPSI besar-besaran. Katanya, pemberantasan KORUPSI, menghapuskan para pelaku yang terkorup. Harapan itu sayangnya tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Sebab, praktek pemberantasan korupsi di negeri ini terlihat seperti sandiwara saja.




Wahai para pemimpin, pimpinlah kami dengan benar. Jangan lagi buat rakyatmu menangis dan tertidas dalam bangsanya sendiri. Bukankan kami para rakyat juga berhak atas rasa tenang dan tentram, berikanlahlah hak kami dengan adil. Kami tahu, kami ini kecil, apakah kalian akan terus-menerus menghiasi bangsa ini dengan noda-noda yang kian hari kian mengeras pada  dinding kerah bangsa ini. Dengarlah rintihan kami yang mengharapkan kedamaian, tegakkanlah hukum dengan benar dan adil, agar kami tidak iri kepada mereka yang bisa bebas tanpa diberi sanksi apapaun.
By: FathMa AinWara

Cerpen | Peluh Berdinding Salju

Semakin saya tumbuh dan menjadi dewasa ternyata baru  saya pahami betapa berfikir muncul ketika sudah mengetahui hakekat sesuatu sebelumnya. Kenapa saya berani berkata seperti itu? Karena tanpa tahu satu hal, hal-hal yang lain pun tidak mampu dibayangkan apalagi terfikirkan.  Ketika peristiwa ini terjadi padamu, mungkin saya dan dirimu sama saudaraku. Tapi, sajatinya kita tidak pernah sama satu sama lain, hatta yang kembar identik bahkan kembar siam sekalipun. Kalian tahu saudaraku? Kita semua adalah special, maka dari itu banggalah menjadi diri sendiri dengan mengembangkan potensi yang sudah mendasar pada diri kita. Sejatinya setiap kita diberi potensi dasar yang sama sejak kita dilahirkan ke dunia tempat landas kita saat ini. Inilah teori alam dan kehidupan, believe or not  itulah pilihan Anda. Begitulah celotehan yang senantiasa kuukir dalam diriku yang dhoif . “Taqiyah, masih mau ngoceh lagi, biar kukerjakan semua urusanku dan kita lanjutkan setelah itu?”  Zuhra menghentikan ocehanku dengan ekpresi datar. Saya tidak tahu Zuhra marah atau tidak, tapi saya bersyukur dan berucap, “hehe… thanks ya”. Kami lanjutkan pekerjaan yang sedari tadi tertunda lantaran saya yang memutuskan dengan ocehan seperti orang ngigo. Teringat masa-masa dulu bersama Zuhra di SMA.
Malam kelabu menemani risaunya malamku di kota asing. Malam terasa cepat berganti pagi. Semester satu, merupakan pencarian atas hasil yang sudah kupilih meski mungkin tidak berdasarkan minat yang kuat. Sehingga keseharianku ingin mencoba hal-hal yang baru yang bisa membuatku nyaman menyelami hidup yang baru saja kupilih. Maklum saja, karena kesepian di kontrakan, saya keluar mencari keramaian. Ramai saja ternyata tidak cukup, karena saya belum punya teman akrab seperti Zuhra, jadi tempat singgah yang saya pilih yaitu perpustakaan. Tidak menunggu bulanan akhirnya saya berjumpa dengan teman SMA yang dahulunya tidak bisa akrab dengannya, tapi di kota rantau ini kami merasa menyatu dalam darah. Kini saya temukan teman yang suatu ketika bisa menjadi tempat berbagi keluh kesah dan hal-hal yang mampu mendekatkan kami.
Sungguh kenyaman sulit saya temukan dalam sisi-sisi yang saya sentuh. Kalian tahu saudaraku? Teman yang saya ceritakan tadi, saya panggil dia dengan Rima. Rima juga mengalami hal yang semisal dengan saya, kemudian pada akhirnya kami membuat janji untuk bertemu  berbagi kisah yang tergolong pahit, pahit yang tidak bisa kami paksa telan tanpa air pelega. Kami bertemu di perpustakaan. Saya dan Rima bercerita sembari memikirkan bagaimana nasib kami ke depan dalam jangka waktu yang panjang. Pertemuan kami fokus membahas kondisi kami di rumah kontrakan yang tidak mendapatkan kenyamanan. Kami tidak butuh tempat yang megah nan luas, kami hanya butuh dipahami dan dimengerti. “Rima saya tidak habis pikir, apa alasan anak ibu kos saya ingin menipu orang tuanya dengan memperalat kepolosan saya. Saya, bodoh atau seperti apa, tapi saya tulus membantuya.  Kenapa dia tega menusuk saya dari belakang”, isak tangisku makin tak tertahan. Rima berusaha menenangkan pikiran dan perasaan saya yang tidak bisa mnerima perlakuan ini. Saudaraku, coba Anda bayangkan ketika Anda berada pada posisi sulit seprti ini, dibawa pergi dengan izin mengantarkan saya membeli buku, sejatinya tidak, jika pun saya ingin beli buku, saya tidak akan membeli di malam hari, karena saya pejalan kaki, dan lokasinya cukup jauh dari kontrakan.   Saya dibawa ke suatu tempat, tepatnya rumah temannya yang tidak pernah saya kenal. Saya ditinggalkan sendiri di rumah itu, HP saya dibawa pergi, tinggallah saya dalam kesendirian diliputi ketakutan. Harus bagaimana saya, Saudaraku? Orang tuanya sangat tidak suka dengan sikap yang diperbuat anakanya dengan menyusun kebohongan demi kebohongan, saat itu saya terlibat dalam kebohongan itu. Semua keluarganya tidak bertegur sapa dengan saya, batin saya semakin tersiksa. “Taqiya, jangan sedih lagi ya, di sini kita sama-sama, semoga kita jalani semuanya dengan mudah”, pesannya dengan suara tersendat karena iba. Iya Rima, seharusnya saya tidak boleh seperti ini, karena Rima juga dalam posisi yang sulit. Maafkan saya Rima… kami terdiam.
Seseorang yang dari tadi kami tidak sadari sudah berada di dekat kami, namun dia tidak terlibat dalam pembicaraan kami. Dia datang di tengah kami, menawarkan diri untuk bergabung bersama kami. Kami terima dengan senang hati. Iya. Beliau adalah mbak Icha. Mbak Icha menjelaskan bahwa masalah kami bukanlah masalah besar, masalah terbesar seluruh kita adalah masalah kaum muslim. Jadi, jangan individualis. Kami tersentak kaget, orang yang tidak dikenal tiba-tiba berbicara seperti itu terhadap kami. Kami terpana dengan fakta-fakta yang dipaparkan yang mesti kita pikirkan bersama. Kami buang kisah tadi seketika dan antusias mendengarkan mbak Icha. Dalam pembicaan singkat itu, beliau menyelipkan tentang system pergaulan dan kewajiban menutup aurat dengan sempurna yaitu dengan berjibab dan berkerudung. Kami merasa kami sudah mengenakan jilbab, karena kami paham kerudung itu adalah jilbab. Saudaraku, tersontak hati ini kaget, ternyata muslimah yang sudah kena taklif  hukum wajib mengenkan jilbab dan kerudung (terngkum dalam Al- Ahzab ayat 59 dan An-Nuur ayat 31). Dari pembicaan itu, saya dan Rima sadar kami tiak memiliki ilmu. Akhirnya kami memutuskan untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai islam.
Penjelasan demi penjelasan semakin menyadarkan  akan kewajibanku memakai jilbab atau yang kita kenal dengan jubah. Saya ingin segera mengenakan jilbab, namun apa daya tak punya. Saudaraku, ketika kita tidak menutup aurat dengan sempurna maka setiap langkah dan jalan yang kita lewati, maka sejauh itu pula kita menghitung dosa kita sendiri. Menghitung dosa saudaraku, kalian tahu dosa saudaraku, dosa akan membawa kita pada neraka, penghidupan yang sangat hina.
Pagiku diliputi mendung yang dengan awal hitam yang tebal seakan menunjukkan gerhana matahari. Saya tidak bisa memikirkan betapa selama ini saya telah banyak menumpuk dosa kareana kebodohan. “Ya Allah ampuni hamba”, rintihan hati yang tak kunjung tenang menyelami hidup tanpa bekal yang cukup. Tuhan, izinkan hamba mendekat dengan-Mu, peluk hamba dalam mahabbah-Mu.  Saya bertemu dengan mbak Icha untuk yang ke sekian kalinya, pada akhirnya saya diberi dua jilbab untuk saya kenakan selama saya memilki jilbab sendiri. Saudaraku, dua jilbab saya kenakan dalam satu semester penuh. Bagi orang, dua tidak cukup, mengingat zaman yang semakin bersaing terutama fashion dengan beragam mode dan motif, tapi saya memilih tetap berjilbab meski dengan jilbab yang warnanya sudah pudar dan usang. Saudaraku, di semester  satu saya belum mengenakan jilbab karena belum tahu kewajiban ini. Semester dua, teman di kelas sudah tahu kostum seperti apa yang biasa saya kenakan sehari-hari di kampus. Mereka sangat hafal, tidak seorang pun yang ditahu dalam komunitasnya yang mengenakan jilbab.
Saya pergi ke kampus untuk yang pertama kalinya berjilbab, langkah kaki gontai diliputi bimbang karena bermain perasaan. Tiba di kelas, dari jauh sudah disambut dengan ungkapan yang tidak enak didengar. “Coba liat Qiya, sudah berubah total, masak secepat itu dia mengambil keputusan yang mebuatnya aneh di antara kita. Sok alim”, suara bisikan yang mampu terdengar. Tapi Saudaraku, mereka tidak mampu membantu kita kelak di hari penghisaban, kerna kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita sendiri tanpa ada yang bisa membantu karena sibuk dengan urusan sendiri. Kuceritakan padamu Saudaraku, isi hati yang mantap ingin berjilbab dengan istiqomah sampai jiwa terhempas dari raga. Sampai saat ini, saya masih menjadi satu-satunya orang yang mengnakan jilbab dari 50 orang yang dominan perempuan. Saya tidak bangga Saudaraku, ini bukan prestasi yang memukau. Harusnya saya mampu mengelirkan pemahaman ini kepada saudaraku yang lain. Kalian tahu saudaraku, pengampu mata kuliah pun pernah mencibirku karena asingnya pandangan beliau terhadap saya yang tidak biasa dilihatnya. Banyak memang muslimah yang lain sudah mengenakan jilbab dan cadar, tapi diriku beda saudarku.
Keluargaku bukan backround  pesantren, tidak juga hanif. Membenci jilbab/jubah dan cadar. Orang tuaku lebih tahu tentangku karena kepribadianku terbentuk berkat kerja mereka mendidikku dari kecil. Jadi, sedikit beda saja sudah mereka tahu. Pertama kalinya saya pulang ke rumah dengan mengenakan jilbab. Saya ditanya bertubi-tubi sampai saya tidak mampu menjawab semuanya. Keluarga yang lain termasuk bibi saya, ketika melihat penampilan saya merka tertawa tanpa jeda. Apa yang mereka pikirkan, Saudaraku? “Kenapa harus tertawa sampai menggoncang perut seperti itu, apa tidak malu dengan diri yang sudah dewasa? Apa yang salah dari diriku?” pertanyakan saya samapiakan dengan bibir gemetaran karena kelu menahan tangis. “Kamu itu sok tua, usiamu masih muda. Kamu terlihat tua, kamu tidak cocok dengan baju itu. Saya tidak yakin kamu akan tatap mengenakan itu, hanya dua potong pula, anak kuliahan tidak akan mau menggenakan baju yang tidak ada salinannya dalam kurun waktu yang cukup lama. Kamu juga mau beli dengan apa, uangmu saja pas-pasan. Jadi jangan ngelak deh”, aliran kata-kata itu menghentak jiwaku yang tertidur pulas. Saya tidak mampu berucap apa-apa lagi. Saya terdiam dalam tangis, tak seorang pun memberikan pembelaan. “Akan kubuktikan pada kalian bahwa saya bukanlah orang yang mudah tumbang”, rintihku dalam kelu.
Tanpa dukungan seperti itu, apakah kalian sanggup Saudaraku? Sudah saya tekankan di awal, kita tidak pernah sama, setia kita mampu menyelesaikan masalah kita dengan beragam cara yang unik dalam tantangan. Saudaraku, setiap hal yang baru pasti akan mendapatkan respon dari banyak pihak, respon baiklah, buruk, bahkan no comment. Saya tidak tahu jika kalian  menciptkakan hal yang baru, respon apa yang kalian akan terima. Tak penting sejauh apa kau melangkah, jika jalanmu salah maka ubahlah. Fastabiqul khairot. 
By: FathMa AinWara