Home » » Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

afivi amin |

1.      Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi ajaran (Slavin, 2008: 4). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan individu yang ditentukan oleh keberhasilan kelompok (Ibrahim dkk, 2000: 18).
Adapun menurut Slavin (1985), model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans (2000) mengemukakan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau serangkaian strategi yang disusun untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama pembelajaran. Selanjutnya Sthal (1994) menyatakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan sikap saling menolong dalam perilaku sosial           (Isjoni, 2007: 12).

2.      Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (1981) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Lie (2008: 32-35) sebagai berikut:
1.       Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya. Dengan demikian akan terbentuk suatu ketergantungan yang positif.
2.       Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian ini telah dibuat menurut prosedur model pembelajaran koopertif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyiapkan tugasnya.
3.       Tatap Muka Antar Kelompok
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan bertemu untuk berdiskusi. Para anggota perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan berbagi informasi terhadap materi yang dipelajari.
4.       Komunikasi Antar Kelompok
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai kemampuan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar hendaknya mengajarkan cara-cara berkomunikasi dalam kelompok. Karena keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan hal yang sangat penting yang menjadi bekal bagi siswa untuk memperkaya pangalaman belajar dan perkembangan mental emosional para siswa.
5.      Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak mesti diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

Adapun karakteristik dari model pembelajaran kooperatif adalah:
1.         siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
2.        anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3.        jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4.        sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok  daripada  individu (Aryawan2010: 1).
                                       
                 Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
1.    Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan memberntuk sikap yang sesuai dengan norma .
2.    Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama di antara anggota kelompok.
3.    Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4.    Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan (Aryawan2010: 2).

3.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003) dalam (Widdiharto, 2004: 15) menyebutkan 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif yakni:
Fase ke-
Indikator
Tingkah laku guru
1.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2.
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5.
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6.
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Tidak ada komentar: